Rabu, 24 Agustus 2016

teks cerita sejarah kota Semarang

CERITA SEJARAH KOTA SEMARANG
http://smantayu.sch.id/images/Trayubaru.jpg
XII-MIPA 4
DISUSUN OLEH :
ANIK SAFITRI                      (04)
DEWI RAHMAWATI           (07)
EKAYUNI KARTIKA S.      (10)
JEFRY KHATRIAS              (16)
KHOIRUL HUDA                 (17)
SHELLA WARDANI P.        (29)

SMA NEGERI 1 TAYU
TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Sejarah Kota Semarang
Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia sekaligus kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia sesudah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Sebagai salah satu kota paling berkembang di Pulau Jawa. Kota Semarang  mempunyai area Metropolitan Kedungsapur yaitu daerah Kendal, Demak, Ungaran Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Purwodadi Kabupaten Grobogan dengan penduduk sekitar 6 juta jiwa. Semarang merupakan Wilayah Metropolis terpadat keempat setelah Jabodetabek (Jakarta), Gerbangkertosusilo (Surabaya), dan Bandung Raya. Kota ini terletak sekitar 558 km di sebelah timur Jakarta atau 312 km di sebelah barat Surabaya atau 621 km di sebalah barat daya Banjarmasin dengan menggunakan jalur udara. Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan Kabupaten Kendal di barat. Luas Kota Semarang adalah 373.67 km2.
Kota Semarang mempunyai sejarah yang dimulai sejak abad ke-6 Masehi, daerah pesisir utara yang bernama Pragota sekarang bernama Bergota merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Sebenarnya daerah tersebut merupakan pelabuhan yang di depannya terdapat banyak pulau-pulai kecil. Dikarenakan pengendapan yang kian banyak hingga sekarang. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Seiring perkembangan zaman, pada masa kekuasaan kerajaan Demak, seorang pangeran bernama Raden Made Pandan diutus untuk menyebarkan ajaran Islam di wilayah Bergota ini. Ia dan putranya, Raden Pandanarang adalah dua ulama bangsawan yang sangat diterima oleh masyarakat Bergota yang kala itu masih memeluk agama Hindu Budha.
Kedatangan kedua ulama tersebut juga membawa perubahan besar bagi kemajuan Bergota. Bergota yang menjadi asal usul Kota Semarang ini sebelum kedatangan Raden Made Pandan adalah daerah yang sepi dan masih terdapat banyak hutan. Daerah ini dulunya tidak bisa ditanami oleh tanaman pangan karena airnya berasa payau. Namun, setelah kedatangan Raden Made Pandan dan putranya melalui ilmu irigasi yang dimiliki daerah ini kemudian disulap menjadi area pertanian yang subur. Pesatnya perkembangan dakwah Islam dan suburnya tanah Bergota, perlahan tapi pasti telah mengundang banyak orang untuk datang dan menetap di sana. Daerah yang menjadi asal usul Kota Semarang ini kemudian ramai dan dihuni oleh banyak pendatang dari seluruh pelosok kerajaan Demak.
Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1435 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan masjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong atau Gedung Batu.
Pada Abad 15 M ada seorang Pangeran dari Demak yang menyebarkan Islam ke daerah Pragota, bernama Pangeran Made Pandan. Dari waktu ke waktu, daerah tersebut semakin subur dengan banyaknya pepohonan dan rerumputan yang tumbuh lebat, dari sela-sela kesuburan tanaman itu muncullah pohon asam arang, kemudian daerah itu di sebut Semarang. Pangeran Made Pandan di sebut sebagai pendiri desa, karena kinerjanya yang baik beliau di percaya menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya memimpin daerah, digantikan langsung oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II atau lebih dikenal dengan Sunan Bayat.
Di bawah pimpinan Kyai Ageng Pandan Arang II, Semarang menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, maka diputuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten. Karena persyaratan Semarang menjadi Kabupaten telah terpenuhi, maka oleh Sultan Hadiwijaya yang sudah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga akhirnya memutuskan  Semarang menjadi Kabupaten. Pengangkatan Semarang menjadi Kabupaten tersebut bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 rabiul awal 954 H, hingga tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang.
Kemudian pada tahun 1678 Amangkurat II dari Mataram, berjanji kepada VOC untuk memberikan Semarang sebagai pembayaran hutangnya, dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas. Hingga pada tahun 1705 M Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC atas jasanya membantu merebut Kastasura. Sejak saat itulah Semarang telah resmi menjadi milik VOC yang telah dipimpin oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Stanblat Nomor 120 tahun 1906 Belanda membentuk Pemerintahan Gemeente, dimana pemerintahan kota Semarang dikepalai oleh seorang Burgemeester (Walikota). Sistem Pemerintahan Belanda ini hanya berlangsung singkat, kemudian pada tahun 1942 pemerintahan pendudukan Jepang datang.
Pada masa pemerintahan Jepang, Semarang di kepalai oleh Militer yang bernama Shico dari Jepang dan didampingi dua orang wakil yakni dari Jepang dan bangsa Indonesia. Namun, pemerintahan itu tidak juga berlangsung lama, sesudah kemerdekaan tanggal 15 - 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa pemuda-pemuda Semarang bertempur melawan balatentara Jepang. Beberapa tentara Jepang yang ada di Semarang bersikeras tidak mau memberikan kontrol akan kota tersebut kepada pasukan kemerdekaan. Akhirnya perang yang memperoleh sebutan Pertempuran Lima Hari ini memakan beberapa korban, dimana salah satu yang tewas adalah seorang dokter muda berbakat yang bernama dr. Kariadi.
Tokoh-tokoh kunci pada perang ini adalah dr. Kariadi yang merupakan seorang dokter muda yang berniat untuk mengecek cadangan air ketika berhembus kabar bahwa Jepang berencana untuk meracuni air cadangannya. Ia tetap berniat untuk pergi padahal istrinya telah memohon untuk tetap tinggal di rumah. Mr. Wongsonegoro merupakan Gubernur yang dipilih untuk daerah Jawa Tengah. Beliau sempat ditangkap oleh pasukan Jepang. Dr. Sukaryo & Sudanco Mirza Sidharta merupakan korban lain penangkapan pasukan Jepang, bersamaan dengan Mr. Wongsonegoro. Mayor Kido yang merupakan seorang Pemimpin Kidobutai pada masa itu dimana pusat Kidobutai terletak di Jatingaleh. Kasman Singodimejo adalah  seorang Perwakilan yang diutus untuk menjembatani gencatan senjata. Jenderal Nakamura TKR di Magelang.
Sejarah berdirinya kota Semarang meskipun diwarnai merah darah karena pertempuran 5 hari, tetaplah menjadi bagian sejarah Indonesia. Demi memeringati kejadian tersebut, dibangunlah Tugu Muda yang diharapkan berperan sebagai pengingat kepada masyarakat Semarang tentang kejadian perang di masa lalu. Tugu ini dibangun pada tanggal 10 November 1950 dan diresmikan pada 20 Mei 1953.
Hingga pada tahun 1946, lnggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda. Belanda dengan tipu muslihatnya menangkap Mr. Imam Sudjahri yang merupakan Walikota Semarang pada tanggal 3 Juni 1946 sebelum proklamasi kemerdekaan. Narnun semangat para pejuang Semarang di bidang pemerintahan masih tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian di luar kota dengan baik sampai bulan Desember 1948.
Daerah pengungsian para pejuang berpindah-pindah, mulai dari kota Grobogan, Purwodadi, Gubug, Tegowanu, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya menetap di Yogyakarta. Raden Patah, R. Prawotosudibyo dan Mr. Ichsan adalah salah satu pimpinan yang masih menjalankan pemerintahan dengan baik. Hingga Belanda membuat Recomba yang bertujuan membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti masa kolonial dulu yang dipimpin oleh R. Slamet Tirtosubroto.
Tetapi hal itu tidak membuahkan hasil karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. Hingga pada tanggal 1 April 1950, Komandan KMKB Mayor Suhardi menyerahkan kepemimpinan pemerintah Semarang kepada Mr. Koesoedibyono seorang pegawai tinggi Kementerian Dalam Negeri di Yogyakarta. Kemudian ia menyusun kembali aparatur pemerintahan untuk semakin memperlancar jalannya pemerintahan Semarang.
Perandaian yang indah Semarang sebagai Venesia van Java, ternyata bukan sekedar olok-olok, karena semua kerja keras seluruh warga masyarakat  kota Semarang ternyata membuahkan hasil. Itu sebabnya bangunan-bangunan lama dengan arsitektur yang khas dan megah berdiri di daerah pusat kota ini. Termasuk Gereja Blenduk, Stasiun Tawang, kompleks perkantoran dan pergudangan di Jl. Merak, Kepodang,, Srigunting, Suari dan sebagainya, sampai sepanjang Jl. Pemuda, Gedung Lawang Sewu, di kompleks Tugu Muda, dan sebagainya.

Dibalik semua itu Semarang tak hanya menjanjikan keindahan. Sekaligus juga menyimpan berbagai tumpukan persoalan. Persoalan awal juga dating dari nasib letak kota yang agal malang. Karena perluasan kota yang terus keutara meliputi kawasan yang ketinggiannya di atas permukaan air laut sampai minus. Posisi demikian tentu kaya akan problema, yaitu banjir. Tetapi dengan kesigapan dari pemerintah daerah berbagai masalah dapat teratasi. Hal ini terbukti diperolehnya penghargaan tertinggi dalam kebersihan kota, Piala Adipura sejak tahun 1991 berada di kota Semarang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar